Tds Material Adalah
Kategori Stainless Steel
Berikut ini ada beberapa macam stainless steel yang perlu Anda ketahui :
Bahan yang Digunakan Untuk Membuat Stainless Steel
Bahan yang digunakan untuk membuat tipe stainless steel sangat beraneka ragam. Macam Stainless bisa dibedakan berdasarkan pada bahan pembuatannya, berikut ini :
Macam stainless steel yang mengandung karbon tinggi biasanya jauh lebih tahan lama dan awet daripada baja paduan lainnya. Tipe stainless steel ini biasanya populer dalam produksi peralatan yang bersifat food grade serta pada peralatan memasak.
Macam stainless steel dengan kandungan kromium biasanya mempunyai ketahanan terhadap korosi yang tinggi. Salah satu contoh yang terkenal dari tipe stainless steel ini adalah Gateway Arch di St.Louis.
Bahan baku nikel menjadikan stainless steel memiliki kemampuan las, bentuk dan tingkat keuletan material yang tinggi. Selain itu, macam stainless steel dengan bahan nikel ini juga dapat meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Nikel adalah material yang memungkinkan stainless steel sebagai paduan yang serbaguna.
Ferritic and Martensitic Chromium Alloys (Grade 400 series)
Tipe grade 409 merupakan jenis stainless steel ferritic yang telah distabilkan dengan niobium dan atau titanium. Termasuk tipe stainless steel yang mempunyai sifat mekanik baik dengtan ketahanan korosi yang bisa bertahan pada temperatur tinggi. Mempunyai kemampuan bentuk dan pengelasan yang baik.
Grade 409 dapat dilas melalui berbagai macam metode, seperti resistance spot, seam welding, dan arc. Akan tetapi, pengelasan grade 409 membutuhkan pemanasan awal dari 150 sampai 2600C. Tidak cocok digunakan untuk aplikasi estetika sebab cenderung membentuk permukaan berkarat yang ringan.
Tipe stainless steel grade 410 ialah tipe stainless steel martensit yang serbaguna dengan kandungan kromium 11,5%. Biasanya diperlakukan dengan panas untuk mencapai tingkat kekerasan optimal, ketahanan panas dan korosi maksimum. Namun, grade ini memberikan ketahanan korosi lebih baik sedikit dibandingkan stainless steel grade 430.
Grade 420 merupakan stainless steel martensit yang mengandung kadar karbon tinggi. Kekuatannya meningkat signifikan sampai 1000 Mpa ketika mengeras dan menghilangkan tegangan. Memiliki ketahanan korosi yang lebih rendah dari stainless steel austenitic dan feritik.
Namun cukup untuk menahan alkali, asam ringan, produk makanan, air tawar dan kondisi atmosfer yang normal. Mempunyai tingkat keuletan baik dalam kondisi anil, namun mempunyai ketahanan korosi buruk, sebab dipakai dalam kondisi yang mengeras sepenuhnya.
Grade 430 merupakan macam stainless steel ferritic yang terdiri atas besi dan krom, konsentrasi nikel, karbon, dan elemen paduan yang sangat rendah. Hal ini menjadikan grade 430 lebih terjangkau. Mempunyai tingkat ketahanan korosi dan panas yang baik yang bisa menangani asam nitrat dan asam organic.
Mempunyai ketahanan retak korosi tegangan yang sangat baik. Selain itu, tipe stainless steel grade 430 mempunyai kemampuan bentuk baik dan tingkat pengerasan kerja rendah. Tapi tingkat keuletannya rendah.
Grade 434 merupakan tipe stainless steel ferritic non hardenable paling umum, mempunyai kandungan molybdenum tinggi untuk meningkatkan ketahanan panas dan korosinya. Memiliki performa yang mendekati grade 430.
Tipe Stainless Steel grade 440 merupakan macam stainless steel martensit karbon tinggi. Mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi, dengan ketahanan aus dan kekuatan yang meningkat signifikan sesudah mendapat perlakuan panas. Tetapi tidak disarankan untuk menggunakannya pada suhu tinggi sebab beresiko mengalami over tempering.
Austenitic Chromium-Nickel Alloys (Grade 300 series)
Stainless steel grade 301 adalah sejenis stainless steel austenitic. Tipe stainless steel ini menawarkan ketahanan korosi yang sama seperti grade 304 pada lingkungan yang sedikit korosif. Akan tetapi, ketahanan korosi grade 301 lebih rendah di lingkungan yang sangat korosif serta memiliki temperature tinggi, sebab mengandung kromium yang lebih rendah sekitar 16-18%.
Tipe Stainless steel grade 301 mempunyai kekuatan tinggi serta telah tersedia dalam kondisi anil. Variasi anil pada grade ini menawarkan kemampuan bentuk tinggi, sementara variasi pengerjaan pada suhu dingin mempunyai kekuatan lebih tinggi.
Macam stainless steel grade 30 sangat cocok digunakan untuk pengelasan. Tapi grade 301 yang dilas memerlukan anil untuk melarutkan kromium karbida yang diendapkan akibat pengelasan serta mencegah terjadinya serangan intergranular.
Stainless steel grade 301L merupakan tipe stainless steel grade 301 yang sudah ditingkatkan kemampuan las dan keuletannya. Tidak perlu anil untuk mencapai ketahanan korosi tinggi. Sementara, varian lainnya yaitu grade 301N, yang memiliki kandungan nitrogen lebih tinggi dan mempunyai tingkat pengerasan lebih tinggi.
Tipe stainless steel grade 302 merupakan stainless steel austenitic dengan kandungan 8% nikel dan 18% kromium. Kandungan bahan kimianya hampir sama seperti pada stainless steel grade 304, terkecuali kandungan karbonnya yang lebih tinggi sedikit.
Stainless steel grade 302 mempunyai kekuatan tarik, ketangguhan tinggi, ketahanan korosi dan kekuatan luluh. Grade 302 diproses dalam kecepatan rendah dan volume umpan yang tinggi agar dapat mengatasi kecenderungan pengerasan.
Metode pengelasan yang direkomendasikan pada macam stainless steel grade 302 adalah pengelasan resistansi dan pengelasan shielded fusion.
Tipe Stainless steel grade 304 merupakan stainless steel austenitic paling populer. Mengandung 8% nikel, dan 18% kromium. Grade 304 mempunyai tingkat ketahanan kimia, korosi dan oksidasi yang sangat baik pada berbagai suhu. Akan tetapi, sangat rendah terhadap korosi pitting dan korosi tegangan retak jika terpapar klorida.
Pada grade 304, ada tipe yang memiliki kadar karbon yang rendah dan karbon tinggi, diantaranya grade 304L serta grade 304H.
Tidak hanya mempunyai ketahanan korosi sangat baik, stainless steel grade 304 juga mempunyai tingkat keuletan tinggi. Maka dari itu, jenis ini bisa dibentuk dengan mudah dan dapat digunakan dalam pekerjaan berbagai macam produk. Grade 304 mempunyai kemampuan bentuk lebih tinggi dibandingkan grade 316.
Tipe stainless steel grade 305 merupakan stainless steel austenitic dengan kandungan 10% nikel, kromium 18% dan jumlah karbon tinggi. Mempunyai ketahanan korosi dan bahan kimia yang baik, serta memiliki tingkat kekuatan tinggi.
Mempunyai tingkat pengerasan kerja rendah sebab mengandung kadar nikel yang tinggi. Tingkat pengerasan kerja yang rendah menjadikan grade 305 sangat ideal pada aplikasi deep drawing. Grade 305 bisa dilas menggunakan metode fusi dan resistensi, tapi tidak dianjurkan untuk pengelasan oxyacetylene.
Tipe Stainless steel grade 309 adalah stainless steel austenitic yang mengandung minimal kromium 22%, sedikit karbon dan nikel 12%. Mempunyai ketahanan oksidasi dan korosi yang sangat baik, kekuatan tarik dan mulur tinggi dapat dipertahankan pada temperature tinggi. Stainless steel ini dapat tahan terhadap lingkungan saline.
Grade 309 bisa dibentuk, ditarik, dicap, dan digulung dengan mudah. Anil dibutuhkan sesudah proses pengerjaan dingin untuk mencegah pengerasan kerja sekaligus mempertahankan tingkat keuletannya.
Stainless steel grade 316 merupakan grade paling populer dan banyak digunakan setelah grade 3014. Termasuk stainless steel dengan kandungan jumlah molybdenum tinggi, silicon, karbon, mangan, kromium dan nikel yang juga tinggi.
Karena konsentrasi molybdenum yang tinggi menjadikan grade 316 lebih tahan korosi dan celah dibandingkan grade 304 pada lingkungan salin. Mempunyai karakteristik pembentukan dan pengelasan yang baik.
Macam stainless steel grade 321 termasuk stainless steel austenitic yang distabilkan oleh titanium dengan tingkat ketahanan korosi tinggi. Jenis ini mempunyai ketahanan sangat baik terhadap presipitasi kromium karbida saat terpapar suhu tinggi. Selain itu, mempunyai sifat tegangan lebih tinggi dibanding grade 304.
Grade 321H pada tipe ini termasuk modifikasi grade 321. Mempunyai ketahanan mulur yang dapat ditingkatkan, dengan kandungan karbon lebih tinggi sehingga meningkatkan kekuatannya pada suhu lebih tinggi.
Tipe ini termasuk stainless steel yang telah distabilkan oleh niobium. Sama halnya dengan grade 321, grade 347 tidak rentan terhadap pengendapan kromium karbida, serta mempunyai ketahanan korosi intergranular sangat baik. Tipe stainless steel ini mempunyai ketahanan korosi baik dan menawarkan ketahanan oksidasi sedikit lebih baik dibandingkan grade 321.
Beragam Produk Powertec Bahan Stainless Steel di Megajaya
Setelah memahami macam-macam stainless steel dan mengenal gradenya, kini Anda bisa mengetahui perbedaan tingkat kekuatan masing-masing tipe stainless steel tersebut. Untuk mendapatkan bahan stainless steel terlengkap, Anda bisa mengunjungi Megajaya.co.id. Ada berbagai macam produk berbahan stainless steel di Megajaya, seperti rantai ss, wire rope ss, turnbuckle ss, shackle ss, hingga wire rope clip ss. Cek Sekarang juga di www.megajaya.co.id!
Since 2015 Centralized Procurement System, many of the required outcomes are also reflected keeping the legacy of the existing IITR procurement process and the framework that underpins IITR Purchase & Store Rule, which aligns Material Management activities with broader objectives including prompt response and building procurement capability. There has been a strong achievement in procurement reform and many of the initiatives are embedded and subject to regular review and improvement.
Since 2015 Centralized Procurement System, many of the required outcomes are also reflected keeping the legacy of the existing IITR procurement process and the framework that underpins IITR Purchase & Store Rule, which aligns Material Management activities with broader objectives including prompt response and building procurement capability. There has been a strong achievement in procurement reform and many of the initiatives are embedded and subject to regular review and improvement.
Ahyat, I. S. (n.d). Dinamika dan Perkembangan Budaya Melayu Kalimantan Barat. Prosiding The 4Th International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future. Retrieved from https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/09102012-35.pdf.
Barnard, R., & Zemach, D. (2014). Materials for Specific Purposes. In B. Tomlinson, Developing Materials for Language Teaching (pp. 306-421). London: Bloomsbury Academic.
Barrudy, M. E., & Mardiono, B. (2016). Perancangan Buku Referensi Travel Pariwisata Pulau Bawean. JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) , 5 (2), 138-152.
Branden, K. V. (2006). Task-Based Language Education. UK: Cambridge.
Christou, E. (2005). Heritage and Cultural Tourism: A Marketing-Focused Approach. In M. Sigala, & D. Leslie, International Cultural Tourism: Management, Implications, and Cases (pp. 3-15). Oxford: Elsevier.
Dinas Pariwisata & Ekonomi Kreatif Kalbar. (2014). Usaha dan Sarana Kepariwisataan Kalbar. Pontianak: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kalbar.
Dudley-Evans, T., & John, M. J. (2011). Developments in English for Specific Purposes. UK: Cambridge.
Graves, K. (2000). Designing Language Courses: A Guide for Teacher. New York: Heinle & Heinle.
Hua, Tzu-Ling & Beverton, Sue. (2013). General or Vocational English Courses for Taiwanese Students in Vocational High Schools? Students’ Perceptions of Their English Courses & Their Relevance to Their Future Career. Springer. 12(101-120).
Johns, A. M., & Machado, D. P. (2001). English for Specific Purposes: Tailoring Courses to Student Needs and to the Outside World. In M. C. Murcia, Teaching English as a Second or Foreign Language (3th Edition ed., pp. 43-54). Boston: Heinle & Heinle.
Kasmawita, Ikhsanuddin, Salam, U. (2015). Developing Alcon-Pro for English Teaching Learning at SMAN 1 Singkawang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 4(9).
Mendiknas RI. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2. Buku. Jakarta, Indonesia: Menteri Pendidikan Nasional RI.
Munsters, W., & de Klumbis, D. F. (2005). Culture as A Component of Hospitality Product. In M. Sigala, & L. David, International Cultural Tourism: Management, Implications and Cases (pp. 26-39). Oxford: Elsevier Butterworth-Heinemann.
Nunan, D. (2004). Task-Based Language Teaching. UK: Cambridge.
Richards, Jack. C. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. UK: Cambridge University Press.
Richey, R. C., & Klein, J. D. (2007). Design and Development Research Methods, Strategies, and Issues. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Ridwan, Sofian, & Salam. U. (2014). Designing Samples of Reading Materials based on CTL by Using Local Legends of Dayak Pesaguan. Jurnal Pendidikan & Pembelajaran 3(3).
Scrivener, J. (2005). Learning Teaching: A Guidebook to English Language Teachers. Macmillan Education.
Subekti, S. (2014). Developing Task-Based Material For English Conversation (EC) Program at Grade Eleven SMAN Plandaan Jombang. The 3rd UAD TEFL International Conference 2014 “Materials Development in Asia and Beyond: Directions, Issues, and Challenges†(pp. 1076-1085). Yogyakarta: English Education Department, Universitas Ahmad Dahlan.
Tomlinson, B. (2007). Developing Materials for Language Teaching. London: Continuum.
Tomlinson, B. (2011). Material Development in Language Teaching. UK: Cambridge.
Tourism & Creative Economy Service West Kalimantan Province. (2014). West Kalimantan Potential Tourism Profile. Pontianak: Tourism & Creative Economy Service West Kalimantan Province.
Tourism & Creative Economy Service West Kalimantan Province. (2017). Calendar of Events West Kalimantan. Pontianak: Tourism & Creative Economy Service West Kalimantan Province.
Ulfa, K. (2015). Designing ESP Materials For Tourism Students of Akademi Pariwisata Medan. Pelita Informatika Budi Darma, 69-75.
Wahyukti, T, & Pujiatno, A. (2015). Developing an English Modul in Particular Matter of Speaking Skill in Terms of Tourism for The Tenth Grade Students of State Vocational High School. Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Retrieved form http://download.portalgaruda.org/article.php?article=363100&val=7672&title=PENGEMBANGAN%20MODUL%20PEMBELAJARAN%20BAHASA%20INGGRIS%20UNTUK%20KETRAMPILAN%20BERBICARA%20(SPEAKING)%20BERDASARKAN%20LINGKUNGAN%20DI%20SEKOLAH%20MENENGAH%20KEJURUAN.
Willis, J. (1996). A Framework for Task-Based Learning. Harlow: Longman.
Mengenal Tipe-Tipe Stainless Steel merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Stainless steel merupakan suatu paduan baja dengan kandungan setidaknya 10,5% Cr (kromium). Material tipe stainless steel ini memiliki daya tahan terhadap oksidasi tinggi di dalam udara dan suhu lingkungan. Hal ini berkat adanya tambahan dari 13% Chrom. Stainless steel termasuk bahan yang ramah lingkungan sebab usia penggunaannya bisa dikatakan sangat lama.
Duplex Stainless Steel
Duplex Stainless Steel adalah jenis yang biasanya terbuat dari campuran austenitic dan ferritic. Tipe stainless steel ini dapat ditarik oleh magnet, bisa dibentuk dengan mudah, dan tidak mudah korosif.
Biasanya material ini dipakai untuk dijadikan material alat transportasi dan bahan kimia. Selain itu, ada 2 jenis duplex, diantaranya super duplex and duplex biasa.
Austenitic Stainless Steel
Macam stainless steel ini termasuk yang paling mudah ditemukan di dalam kehidupan, sebab mempunyai tingkat korosi yang rendah. Tipe stainless steel ini tidak gampang terpengaruh oleh temperature.
Material ini juga tidak gampang terpengaruh tingkat keasaman. Mengingat ketahanan terhadap suhu dingin dan panas inilah, austenitic stainless steel biasanya sering dijadikan sebagai material peralatan dapur.
Martensitic Stainless Steel
Macam stainless steel selanjutnya yaitu martensitic. Kandungan karbon pada jenis ini lebih tinggi dibandingkan pada tipe stainless steel yang lainnya. Selain itu, martensitic mempunyai karakteristik lebih kuat daripada tipe yang lain. Biasanya martensitic dijadikan sebagai bahan baku untuk peralatan bedah dan pisau.
Pengertian Stainless Steel Secara Umum
Stainless steel adalah sejenis baja paduan paling populer yang memiliki ketahanan tinggi terhadap korosi. Umumnya stainless steel terdiri atas campuran karbon, besi dan kromium, yang seringkali dilengkapi oleh unsur lain seperti nikel. Adanya campuran kromium yang dimiliki oleh material jenis stainless steel inilah yang menjadikannya lebih tahan korosi.
Pemilihan material tipe stainless steel memiliki fungsi yang beragam karena stainless steel mempunyai banyak kelebihan. Beberapa kelebihannya antara lain mudah dibentuk, memiliki ketahanan suhu rendah dan tinggi, bersifat tahan lama dan kuat. Selain itu, material ini sangat mudah dirawat dan dibersihkan, bersifat tahan lama, menarik, dan tentu saja ramah lingkungan.